Tugas
3 ( Teori Permintaan Uang dan Menghitung
Kecepatan Perputaran Uang dan Permintaan Uang)
1. Pengertian
permintaan uang menurut Klasik
Teori ini sebenarnya adalah
teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara
keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau
jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable
dijabarkan lewat konsepsi teori mereka mengenai permintaan akan uang. Perubahan
akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan
akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang.
2. Menghitung permintaan uang menurut Ricardo , Irving Visher , dan
Marsall
Ø Teori
Kuantitas dari David Ricardo
Teori ini
menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah
uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka
nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula, dan juga sebaliknya.
Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang.
Teori Kuantitas dari Irving Fisher
Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang.
Ø Irving
Fisher
Teori yang
telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan lagi oleh Irving Fisher dengan
memasukan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang
mempengaruhi nilai uang.
MVt = PT…………………………………….(1)
Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang
yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual.
Hal ini berlaku juga untuk seluruh perekonomian: didalam suatu periode tertentu
nilai dari barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai
dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume
transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Dilain pihak
nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang
ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan
satu ke tangan yang lain, atau rata “perputaran uang”, dalam periode tersebut
(Vt). MVt = PT adalah suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu
teori moneter. Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi
teori moneter sebagai berikut:
Vt, atau “transaction velocity of circulation” adalah suatu
variable yang ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu
masyarakat, dan dalam jangka pendek bisa dianggap konstan. T, atau volume
transaksi, dalam periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat
(pendapatan nasional). Identitas tersebut diberi “nyawa” dengan mentransformasikannya
dalam bentuk:
Md = 1/Vt PT…………………………………….(2)
Permintaan atau kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu
proporsi tertentu 1/Vt dari nilai transaksi (PT). Persamaan 2, bersama dengan
persamaan yang menunjukkan posisi equilibrium di sektor moneter
Md = Ms………………………………………….(3)
Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan
Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan
Ms = 1/Vt PT……………………………………..(4)
Persamaan (4) berbunyi: dalam jangka pendek tingkat harga umum (P)
berubah secara proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh
pemerintah. Dalam teori ini T ditentukan oleh tingkat output equilibrium
masyarakat, yang untuk Fisher dan para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada
posisi “full employment” (Hukum Say atau Say’s Law). Vt atau transaction
velocity of circulation, Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang
timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Besar-kecilnya Vt
ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu
periode (Boediono,2005 : 18).
Ø Teori
Cambridge (Marshall-Pigou)
Teori ini seperti halnya
teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang
sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange). Karena itu,
teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari
masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan
transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada
tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam
mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang
salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan
untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih
menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan
antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang
direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang
selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan
ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang.
Jadi dalam jangka pendek,
teoritisi Cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume transaksi dan
pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-konstan satu sama
lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris paribus permintaan
akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.
Md = k PY………………………………………(1)
dimana Y adalah pendapatan nasional riil.
Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam
posisi keseimbangan maka :
Ms = Md………………………………………...(2)
sehingga :
Ms = k PY………………………………………(3)
atau :
P = 1/k Ms Y…………………………………....(4)
Jadi ceteris paribus tingkat
harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan volume uang yang
beredar. Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali tambahan ceteris
paribus (yang berarti tingkat harga, pendapatan nasional riil, tingkat
bunga dan harapan adalah konstan). Perbedaan ini cukup penting, karena teori
Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga
dan expectation berubah, walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor
berubah maka k juga berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga
naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang,
meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectation
mempengaruhi: bila seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang
berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk
mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang
tunai yang mereka pegang, dan ini pun bisa mempengaruhi “k” dalam jangka pendek
(Boediono, 2005: 23).
3. Pengertian
permintaan uang menurut Teori Keynes
Meskipun bisa dikatakan
bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori Cambridge,
tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi
klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang
yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of
exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference.
4. Perhitungan
Permintaan uang untuk Transaksi , Berjaga-jaga dan Spekulasi
1.
Motif Transaksi (Transaction Motive)
Keynes tetap
menerima pendapat golongan cambridge, bahwa orang memegang uang guna memenuhi
dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang
dari masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat national income dan
tingkat suku bunga. Semakin tinggi national income semakin besar volume
transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi tujuan
transaksi. Demikian pula keynes berpendapat bahwa permintaan akan uang untuk
tujuan transaksi inipun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan,
tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga (seperti halnya
dalam teori canbridge). Hanya saja faktor tingkat bunga untuk prmintaan
transakisi untuk uang ini tidak ditekankan oleh keynes (seperti halnya teori
cambridge) dalam analisis selanjutnya. Salah satu sebab adalah karena ia ingin
menekankan peranan tingkat bunga dalam penentuan permintaan akan uang untuk
tujuan lain, yaitu spekulasi.
2.
Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
Keynes juga
mengemukakan pengeluaran diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk
pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit, dan pembayaran
yang tak terduga lain. Menurut keynes permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan akan uang untuk bertransaksi, yaitu terutama
dipengaruhi oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi
pula oleh tingkat bunga.
3.
Motif Spekulasi
Sesuai
dengan namanya, motif dari pemegang uang ini adalah terutama bertujuan untuk
memperoleh “keuntungan” yang bisa diperoleh, seandainya sipemegang uang
tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan betul.
(sumber : Drs, Muchdarsyah Sinungan, 1991, Uang dan Bank, hal 29-32, Jakarta, Rineka Cipta) Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter mereka. (Kita lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan Fisher, dan faktor-faktor ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor ini ke dalam teori moneter.
Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
(sumber : Drs, Muchdarsyah Sinungan, 1991, Uang dan Bank, hal 29-32, Jakarta, Rineka Cipta) Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter mereka. (Kita lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan Fisher, dan faktor-faktor ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor ini ke dalam teori moneter.
K = RP………………………………………(1)
Dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat
bunga, dan P adalah harga pasar atau nilai sekarang dalam obligasi “perpetuity”
tersebut. Persamaan tersebut bisa juga ditulis sebagai berikut :
P = K/R………………………………………..(2)
yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar
obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R bila tingkat bunga
turun, maka berarti harga pasar obligasi naik, dan sebaliknya bila tingkat
bunga naik maka harga pasar obligasi turun, atau dengan kata lain semakin
tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang
atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar
ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli
obligasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin
rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau
masyarakat untuk menyimpan uang tunai.
Permintaan total akan uang :
Bentuk yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang
dari teori Keynes adalah:
Md/P = [ k Y + Ø (R, W) ]…………………………….(1)
Md/P adalah permintaan uang total dalam arti riil, suku pertama
dalam kurung, yaitu k Y adalah permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu proporsi (k) dari pendapatan
nasional riil. Ø (R, W) adalah permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang
dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang berlaku (R) dan nilai asset
(kekayaan atau wealth) yang ada di masyarakat (W). Variable W ini dimasukkan
karena permintaan uang untuk motif spekulasi dinyatakan sebagai bagian dari W
yang dipegang dalam bentuk uang tunai. Persamaan (1) tersebut bisa pula
dinyatakan dalam bentuk permintaan akan uang dalam satuan moneter sebagai
berikut :
Md = [ k Y + Ø (R, W) ] P…………………………..(2)
dalam analisa jangka pendek W biasanya dianggap konstan sehingga
fungsi (2) menjadi :
Md = [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(3)
dimana Ø (R) = Ø (R,W), dalam posisi equilibrium, supply uang
(Ms), yang dianggap juga oleh Keynes sebagai variable yang ditentukan oleh
pemerintah, sama dengan Md. Sehingga :
Ms = [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(4)
Teori permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi
permintaan akan uang (Liquidity Preference) adalah fungsi yang tidak
stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini
karena Keynes menekankan faktor uncertainly dan expectation dalam
menentukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2005 : 27).
5. Pengertian
Teori Kuantitas Modern (Friedman)
Friedman tidak bertitik
tolak dari pembahasan yang mendalam mengenai motif-motif memegang uang. Secara
umum dianggap bahwa orang mau memegang uang karena uang adalah salah satu
bentuk aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan sumber daya beli
yang liquid (readily available source of purchasing power). Teori
permintaan uang Friedman menganggap bahwa “pemilik kekayaan” memutuskan
aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia pegang atas
dasar perbandingan manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk
in natura ataupun “utility”), selera dan jumlah kekayaannya.
Pengertian “kekayaan” dari Friedman mempunyai ciri
khas, yaitu bahwa yang dimasukkan dalam definisi “kekayaan” tidak hanya
aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bisa diubah (dijual) menjadi uang,
tetapi juga nilai (tepatnya,”nilai sekarang” atau “present value”) dari aliran
aliran penghasilan di tahun-tahun mendatang dari tenega kerjanya. Friedman
berpendapat bahwa “kekayaan” tidak lain adalah nilai sekarang dari
aliran-aliran penghasilan yang diharapkan dari aktiva - aktiva yang dipegang.
Konsep “kekayaan” dari Friedman ini
merupakan suatu inovasi dalam teori ekonomi mengenai capital, dan sekaligus
merupakan jembatan antara teori permintaan biasa (untuk barang dan jasa) dengan
teori capital.
Pengertian yang kedua
adalah konsep “manfaat”. Manfaat dari
setiap bentuk aktiva merupakan faktor pertimbangan dari pemilik kekayaan untuk
memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bentuk aktiva yang akan ia pegang.
Disebut diatas bahwa Marginal Rate of Substitution dari suatu aktiva terhadap
aktiva-aktiva lain menurun dengan makin besarnya jumlah aktiva tersebut yang
dipegang. Ini berarti bahwa bila seseorang memegang terlalu banyak satu bentuk
aktiva, misalnya uang maka manfaat marginal dari uang akan menjadi lebih kecil
dari pada marginal returns dari aktiva-aktiva yang lain. Ini berarti bahwa ia
bila ia mengurangi jumlah uang yang ia pegang dan menggantinya dengan
aktiva-aktiva lain berupa obligasi, surat-surat berharga lainnya ataupun aktiva
fisik seperti mobil, rumah, mesin dan sebagainya, maka orang tersebut akan
memperoleh manfaat total yang lebih besar.
Jadi, menurut pandangan
Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor seperti berikut : tingkat harga,
suku bunga obligasi, suku bunga “equities”, modal fisik dan kekayaan mengenai
peranan harga dalam menentukan permintaan uang, Friedman berpendapat
dikarenakan memegang uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan.
Cara-cara yang lain adalah menyimpan uang dalam bentuk harta keuangan
(financial asset) seperti obligasi, deposito dan saham, menyimpan dalam bentuk
harta tetap (tanah dan rumah) dan kekayaan manusiawi (Boediono, 2005 : 63).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang seperti diatas,
teori permintaan yang didasarkan pada teori kuantitas modern yang dikembangkan
oleh Friedman dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Md = f (P, r, rFC, Y)
Dimana Md adalah permintaan uang nominal, P adalah tingkat harga,
r adalah tingkat suku bunga, rFC adalah tingkat pengembalian modal fisik dan Y
adalah pendapatan dan kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula pandangan Friedman
mengenai permintaan uang riil, maka persamaan permintaan uang dinyatakan :
Md/P = f (ΔP, r, Y*)
Dimana Md/P adalah permintaan uang riil, ΔP adalah tingkat
kenaikan harga, r adalah tingkat bunga dan Y* adalah nilai pendapatan dan
kekayaan riil.
6.
Pengertian
Teori Keynes Modern dengan pendekatan Inventoru dan Keseimbangan
Portofolio
Perkemngan
selanjutnya dari teori keynes didasarkan pada motif transaksi (W.J Boumol 1952)
dan motif spekulasi (James Tobin)
-
Pendekatan Inventori/penyediaaan Boumol :
Permintaan
uang seperti permintaan terhadap persediaan (Stock) yang setiap saat dipakai
untuk memenuhi berbagai keperluan yang muncul setiap saat, tetapi untuk
mengelola diperlukan biaya, maka diperlukan jumlah persediaan yang optimum
(Biaya minimun).
-
Permintaan uang untuk transaksi, akan diperoleh manfaat tetapi juga ada biata
untuk memegang uang terdiri dari :
1.
Biaya transaksi untuk menukar antara obligasi dengan uang
2.
Opportunity cost memegang uang berupa tingkat bunga dari obligasi (r)
- Penentuan
uang kas (persediaan) yang optimum, yang menghaslkan biaya minimum dijelaskan
sbb.
Biaya
total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari biaya perantasa (b. T/C) dan
biaya bunga (r. C/2) dengan rumus : TC - b. (T/C) + r. (C/2)
-
Jumlah Uang Kas yang Optimal (C) :
(dTC/dC)
= -b. T/C^2 + r/2 = 0
maka :
C = (2b T/r)^1/2
- Uang
kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2, maka :
Persamaan
permintaan uang kas riil Md/P = C/2 = 1/2 ( 2 bT/r) ^2 atau
Md =
1/2 (2bT/r) ^1/2. P
Implikasi
dari teori Boumol :
-
Tingkat bunga mempengaruhi permintaa uang untuk transaksi karena adanya
opportunity cost dalam memegann uang.
-
Adanya economies of scale dalam penggunaan uang, artinya jika ada peningkatan
pendapatan ( nilai transaksi, T) maka persentase kenaikan uang kas yang
diinginkan (Md) lebih kecil daripada kenaikan nilai transaksinya.
-
Permintaa uang kas untuk tujuan transaksi tergantung pada tingkat bunga serta
biaya perantara ( teori keynes : permintaan uang untuk tujuan transaksi hanya
tergantung dari pendapatan).
-
Perkembangan / kemajuan teknologi yang menyebabkan turunya ongkos/ biaya
transaksi akan mengakibatkan turunya rata-rata kas yang dipegang oleh individu
- Motif berjaga-jaga dalam
permintaan uang. muncul karena adanya ketidakpastian dalam arus uang masuk dan
keluar.
Sumber
: